Written on 11/09/2007 12:23:00 PM by Indah Puspita Rani
IF I COULD (NEVER AGAIN) Lies All that I get is lies Saw it through my own eyes How you let it into our lives, oh no
And tears All that you get is tears Even after all these years It's the only thing I feel
And I Given up all my pride So now I'm giving up the right To be the only man in your life
[Chorus] If I could, baby I would Given you all, even my whole life 'Cos I thought you'd be my wife (But) If I did then all that's been said Would be in vain In spite of all the tears and pain So I'll just say never again
And time All that I need is time In making sure this heart of mine Never again get out of line
To live To see the things that I believe In spite of things I used to grieve While I'm packing my bags to leave I'm gonna leave yeah
And I Know that you miss me too And all the things we used to do But now there's nothing we can do
[Chorus]
I wish to thank you for the lessons that I have learnt But there's just nothing I can give in return
[Chorus]
Never again
The song is written by Hady himself.
I can't stop playing the song,... Aaaaaa *sreaming* =P
Baru dapet nih,, hasil dari maen2 di youtube.
Oh Hady.. You're so cutee. >.<
Kalo ada yang mau versi MP3nya.. Japri yaa =)
tenang aja gak bakal ada suara2 cewek yang ikutan nyanyi hehehehe
Written on 11/02/2007 02:16:00 PM by Indah Puspita Rani
Hari ini gw baca suatu cerpen di sepatumerah. Entri lama sih tapi nyentuh banget, dan ngena' banget. Okay kalo masalah ngena' apa nggak itu tergantung orang ya. Tapi paling nggak buat gw cerpennya yang pendek banget ini ngena' banget.
Isinya tentang Tabitha dan Marco *as the tittle above ;p*. Intinya mereka mau menikah, pernikahan yang memang berdasarkan cinta, Marco sayang sama Tabitha dan begitu juga sebaliknya.
Tabitha dan Marco sudah berpacaran 3 tahun lamanya, jadi bukan hal yang mengejutkan lagi kalo denger mereka bakal married. Dan rasanya mereka akan menjadi pasangan yang baik2 saja, tidak akan mempunyai masalah yang begitu besar sampai pernikahannya nanti.
Tapi siapa yang sangka, beberapa bulan sebelum pernikahannya, Marco mengeluh pada adiknya : "Tabitha membatalkan rencana pernikahan kami..."!!
Kaget? Ya pasti. Dan lebih kaget lagi mendengar alasan Tabitha yang membatal pernikahannya, pernikahan yang dia sampaikan dengan sumringah dan senang bukan main pada sahabat2nya.
"...saya nggak bisa berkomunikasi dengan sehat dengan Marco."
Yang dimaksud dengan komunikasi yang sehat itu, yang bagaimana ya? Itu yang terlintas saat gw baca cerpen itu.
"Seharusnya saya dan Marco bisa ngobrolin apa aja, kan? Simply apa aja. Sama seperti saya dengan kamu - atau saya dengan sahabat-sahabat saya yang lain."
"Tapi ini nggak bisa. Our conversation runs dry. Kami berakhir dengan ngobrolin kejadian yang terjadi dengan kami masing-masing pada hari itu. That's all. Itu doang, Vay. Itu doang..." Tabitha menghela nafas.
"Itu ngebuat saya ngerasa ada benteng di antara saya dan dia. Saya ngerasa nggak lepas. Bahkan parahnya, saya ngerasa.. dia jadi orang asing. Okay, kamu boleh kutuk saya, Vay. Tapi saya ngerasa nggak nyaman kalau dekat-dekat dia."
Glek? Jelas ini bikin gw nelen ludah. Kata2 ini, terdengar biasa sekali, tapi ya! gw somehow setuju dengan kata2 diatas.
Komunikasi. Komunikasi. Komunikasi.
Berbicara dengan bahasa yang sama? Gw rasa masalahnya gak sepele itu. Berkomunikasi dengan bahasa yang sama, belum tentu komunikasi antara 2 orang itu berjalan lancar. Apalagi yang namanya pacaran.
Pacaran itu sebagai proses penjajakan, seharusnya tidak ada yang tidak terbuka di proses ini. *Okay, adalah yaa.. bagian2 yang harus ditutupi.* Di tahap ini, menurut gw adalah tahap dimana kita bisa meyakini diri kita, bahwa ya : "He's the one I can marry with".
Gw juga, sama kayak Tabitha membutuhkan dia untuk bisa membicarakan apa saja. Tidak membuat gw merasa bersalah saat menceritakan sesuatu yang [mungkin] bodoh dan salah. Tidak membuat gw berhenti mengejar cita2. Mengerti apa yang gw rasain, yahh paling tidak mencoba mengerti dan akhirnya sedikit mengerti tentang apa yang gw rasain dan gw mau.
Gw butuh komunikasi yang sehat dengan pacar [calon suami, deh!] gw. Dimana gw bisa bicara apa saja, baik maupun buruk. Dimana gw tidak perlu menahan apapun jika ingin bicara. Dimana dia bisa menjadi tempat sampah gw, baik sampah bersih maupun sampah kotor *analogi doank kok, bukan sampah beneran, maksdnya omongan2 yang ga penting*. Dimana dia tidak membuat gw merasa lebih bodoh, atau parahnya benar2 bodoh [sigh.. :s].
Pembicaraan kita harusnya bisa tentang apapun, ya anything. Sama seperti gw dan sahabat2 gw. Dimana gw bisa curhat bebas sebebasnya.
Yeah.. I hope.. I hope.. I hope... ya! Gw harap... gw bisa menikah dengan sahabat terbaik sepanjang masa gw. Dimana dia bisa jadi apapun, dan berbicara tentang apapun.
Paling tidak, komunikasi yang baik dan sehat, bisa mencegah masalah menjadi lebih besar. Dan kehidupan yang lebih mengalir.
SO,,
STOP JAIM!! STOP GENGSI!! KATAKAN SMUA!!
tapii.... emang yaa hanya orang2 tertentu yang bisa ngebuat kita bisa bicara apapun.
I think that show us that God create people as a couple. Only the 'one' can be.....
Jika saya harus berpikir banyak sebelum bicara, apakah saya harus menikah?
Perempuan, wanita, gadis, dan sebagainya.
Baru memulai karir, di kantor, sering kali ditanya sama bosnya : "What do you wanna be in 5 years, 10 years?"