Ask Google

Custom Search

Cewek2 Jaman Sekarang Banyak Maunya

Written on 10/21/2008 01:46:00 PM by Indah Puspita Rani

Didasari dari hasil chatting gw sama sepupu gw, yang berbeda satu generasi. (yang satu udah nikah, udah punya anak, yang satu lagi belum, lulus kuliah aja belom jelas. :p well we're just 6 years apart ;p actually)

"Ien lagi sibuk Exam, huhuhu stress!"

"Hehe jadi bersyukur udah lulus kuliah dan gak perlu stress2 mo ujian lagi. "
"Tapi sekrang sibuknya ngurusin keluarga, hehehe"


"Iyaa.. pengen cepet2 lulus kuliah tapi gak cepet2 nikah."
"Tapi gak lama2 banget juga gak nikahnya, ntar keburu tua."

"Dasar cewek2 jaman sekarang banyak maunya!"
"Maunya sih nikah, tapi tetep clubbing juga, tetep keluar malem juga, tetep maen2 ama temen2 juga."

"Hahaha.. gak bisa ya?!"
"Eh ien, ditinggal dulu ya, panggilan tugas ibu memanggil"

Imajinasi itu akhirnya terbang begitu saja. =)

------


Cewek2 sekarang emang banyak maunya.

Mari posisikan jiwa kita di jaman orang tua dulu. Let say 30 tahun yang lalu. Di tahun 1978, setahu gw, masih banyak cewek yang terobsesi dengan pernikahan.

Terobsesi maksd gw, mereka ingin menikah, dan setelah menikah jalan mereka jelas.
Ya jelas, sesuai suami yang mereka dapet. Kalo suaminya kebetulan berhasil, begitu juga dia, ikut berhasil, ikutan arisan disana sini, sebagai Ibu Anu, istrinya Pak Anu. Kemana2 membawa nama Anu.

Wanita2 itu sekolah lho, dijaman 70an, pendidikan sudah sampai ke perempuan. Thank's to Ibu Kartini. Tapi sebagian besar dari perempuan pada masa itu, masih menempatkan masa depan pada calon suami. Masa depan ya tergantung suami macam apa yang didapat.
Mungkin ya, kalo gw hidup dimasa itu, gw bakal bilang :
"Gak penting kamu sekolah dimana mbakyu, yang penting pacar kamu, yang mau kamu nikahi itu, kuliah dimana? Calon orang kaya atau bukan? Kalau suami kamu pinter, anaknya juga nanti pinter, kalo anaknya pinter, bisa jadi orang kaya juga nantinya, jadinya hidup mbakyu sampai tua enak.."

Pathetic? Gak juga.
Itu fenomena yang pasti terjadi, jaman2 transisi untuk perempuan, dari belenggu ke kebebasan. *Sedangkang kebebasan buat perempuan sampai saat ini masih saja dikungkung secara terselubung* Dan kalo gw hidup dimasa itu, gw pun gak bisa seenaknya keluar dari zona itu, zona aman karena suami. To be honest, untuk beberapa tahun di masa2 belia gw, gw pernah berdiri di zona itu, mencari laki2 yang calon kaya, supaya hidup gw enak, gak perlu kerja, engkang2 kaki dirumah aja, arisan sana sini, belanja abisin duit suami. Whuaaa What a life!! Enak banget!


Mari kembali ke waktu kita, 2008. =)
Cewek2 jaman sekrang udah kuliah tinggi2. Ada yang jadi dokter, ada yang jadi engineer, ada yang jadi scientist juga. Posisi mereka juga ga kalah sama laki2, gw tau satu kakak kelas gw yang selalu jadi no.1 angkatan setiap tahun, dan dia calon dokter perempuan.
Kami tidak lagi mengejar mimpi melalui laki2. Kami mengejar mimpi pakai kaki sendiri. Kami itu punya cita2. Cita2 yang kami kejar, kami juga pengen punya karir, tinggi sama tingginya dengan laki2. Kami gak mau kalah dengan laki, intinya itu. Kami tidak mau tergantung dengan laki2.

Emansipasi wanita.
Butuh waktu lama untuk akhirnya bisa benar2 terjadi. Dari era Ibu kartini, 1879-1904, sampai akhirnya sekrang tahun 2008, emansipasi wanita baru benar2 terasa. Walau kadang gw masih bisa aja ketemu sama orang2 yang berpendapat, laki harus selalu ada di atas wanita. Wanita harus selalu nurut dengan laki2, dan sebagainya.

Wajar butuh waktu lama, karena yang diubah itu bukan saja aturan2 hidup yang akhirnya membiarkan perempuan untuk bisa belajar, tapi juga harus mengubah cara pikir perempuan2, bahwa kita lahir tidak hanya untuk menempatkan kaki diatas kaki suami, dan menghentikan mimpi disaat ijab kabul terucapkan.


Point pertama :

Sayang banget kalo mimpi2 perempuan2 itu harus terhenti hanya karena : MENIKAH!

Setelah menikah, gw akan punya keluarga.

Gw, suatu saat nanti pasti akan mengabdi sama suami gw. Itu pasti. Suami adalah nahkoda dalam keluarga, dia yag meng-drive keluarga, tapi bukan gw. Gw juga punya posisi kuat di keluarga itu, gw itu wakil dari nahkoda, di saat nahkoda berhalangan, gw yang maju. Ato gini deh, anggaplah gw VP dari keluarga ini dimana suami gw adalah Presidentnya. Untuk punya organisasi yang kuat, harusnya President ngerti, bahwa pendapat VP harus didengarkan, keputusan itu diambil dari hasil meeting yang di pimpin sama President alias suami. In a short word, menikah itu kompromi. Masing2 punya impian masing2, masing2 punya tujuan masing2, dalam kompromi, tidak ada yang menang atau kalah, tapi 22nya mengerti apapun yang menjadi hasil keputusan adalah untuk memenuhi keinginan masing2 tanpa harus mengorbankan kepentingan bersama.


Menikah bukan berarti istri gak bisa bekerja, kejar karir, ato sekolah lagi.
Gw pernah mendengar satu suara dari laki2. Dia bilang urusan keluarga itu dibagi 2.
To be honest, my dear man, nice thinking!.
Istri punya tugas, tapi laki2 juga punya tugas.
Jaman sekarang tidak hanya laki2 yang mencari nafkah, tugas itu dibantu sama istri. Mengurus anak bukan semata2 tugas istri di keluarga. Suami tugasnya apa kalo bukan juga ngurus anak2? Apa hanya karena anak yang dibikin berdua, hanya cita2 istri yang terpacung?



Point kedua:
Emansipasi wanita.
Girls, we need to be fair.

Emansipasi wanita, bukan berarti penyamarataan besar2an. Hak untuk laki2 dan perempuan, kita bagi dua, tapi sesuaikan juga dengan kewajiban.
Jujur gw suka gatel kalo ngeliat ada cewek yang manjanya berlebihan sama laki2. Minta tolong untuk ngangkat barang2 yang berat misalnya.

Girls, see surrounding first ya kalo mo minta tolong.

Coba bayangkan, kalo ternyata kita tergabung dalam satu committe, yang kebetulan orangnya gak banyak, dan harus ngangkat2, minimal kita bertanggung jawab untuk barang2 kita sendiri. Apapun itu bentuknya, barang2 pribadi seharusnya bisa kita bawa sendiri, barang pribadi apa sih yang berat? apa iya kita bawa kulkas kemana2? nggak kan?

Gw itu perempuan, gw tau kemampuan perempuan dalam hal tenaga jelas berbeda dengan laki2. Itu namanya anugerah dari Allah buat laki2. Entah badan sekecil apa, buat laki2 ngangkat sekarung beras yang beratnya ratusan kilo. Gak pa pa. Mereka gak tepar! Tapi buat perempuan, itu maha berat sekali saudara2. Bukan berarti gak bisa, hanya saja kalo kerjaan itu dikasih ke perempuan bakal jadi gak efektif, kami bisa melakukannya tapi waktunya bakal lama banget. Tapi disaat tidak ada manpower lagi, masa' iya kita diem aja Girls?

Gw suka panas, kalo ada laki2 yang nyolot bilang :
Cewek2 itu maunya aja emansipasi wanita. Disamaratakan dalam semua hal, tapi kalo disuruh yang berat2 udah langsung bilang "Kamu kan laki2 masa' iya cewek sih yang ngelakuin begituan!". Coba disiruh masak ato nyuci baju dijawab lagi : "Sekarang itu jamannya emansipasi wanita mas, kerjaan rumah tangga, udah harus dibagi rata, kemaren aku udah masak, hari ini kamu yang masak." Ato kalo cewek jadi ketua kelas misalnya: "Sekarang emansipasi wanita, posisi ketua sudah bisa dipegang sama wanita!" Emansipasi kok pilih2, giliran yang enak aja dibilang emansipasi wanita, gilaran yang susah yang susah2, dikasih ke laki2!.

Gw mencoba mengajak perempuan2 berpikir.
Kok gw ngerasa ada benarnya ya?
Masih banyak perempuan2 di masa sekarang, yang suka pilih2 kalo masalah emansipasi. Giliran yang susah2 dan berat2 bakal dikasih ke laki2. Tapi yang enak2 maunya dikuasi sendiri. Kok egois sekali kita?

Mungkin sekarang sudah saatnya kita mulai men-laki2-kan diri kita. Dan laki2 mulai men-perempuan-kan diri mereka.

Haha.. Maksud gw, sebagai perempuan kita harusnya lebih mandiri, dan sebagai laki2 harusnya mulai memperdayakan perasaan. Tapi tentunya tetap dalam batas kodrat kita lah ya..



Point Ketiga:

Jangan Maksa, Kita itu masih punya kodrat.

Emansipasi wanita itu ya, bukan hanya sekedar karena sekarang wanita bisa jadi supir bis, wanita bisa jadi tukang ojek dan lain sebagainya.

Tapi dimana kita bisa menempatkan diri, dimana biasanya hanya laki2 saja disana. Dimana anggapan laki2 saja yang bisa jadi ketua, dan hanya laki2 saja yang bisa mempunyai kesempatan untuk mengejar karir, sudah gak jaman lagi. Dimana dulu, kalo perempuan yang ngomong hanya dianggap angin lalu, sekrang perempuan kalo ngomong udah didengerin karena sudah ada dasarnya. Pendidikan!

Tapi lagi, bukan berarti perempuan bisa melakukan segalanya.
Kita punya tenaga yang terbatas. Mungkin kalo masalah otak, bisa dikuras habis2an sampai titik penghabisan. Tapi kalo tenaga, somehow kita memang terlahir tidak sekuat laki2.

Kita juga kewajiban yang gak bisa ditinggalkan.
Menyusui, hanya kita yang bisa. Laki2 gak bisa.
Ini juga yang laki2 perlu mengerti, bahwa kita memang butuh maternity leave.
Humm.. gw gak tau pasti itung2an, but sempat ada satu cerita dari temen gw, yang bilang jaman sekarang, walaupun perempuan lagi maternity leave, tapi tetep ngerjain kerjaan di rumah, sambil menyusui anaknya. *talk about it more detail later, setelah gw udah kerja kali ya.. ;p*



Point gak penting:
Duh kalo gw nulis beginian makin susah dapet jodoh gak ya?. Hahaha

Gw sadar betul, di luar sana, mana ada laki2 yang mau punya istri yang lebih dari dia.

Gw juga belum tentu jadi orang yang berhasil banget sih nantinya, sampe2 cowok2 pada jiper, Alhamdulillah boo.. gw mah jadi cewek yang biasa2 aja. Gak pinter2 amat.. Gak cantik2 amat.. Tapi mutlak gak jelek.. haha..

Tapi gw pasti mengejar mimpi gw.

Laki2 yang baca, dan yang tadinya berpikir mau mendekati gw *haha ngarep*
Gw memang mo ngejer apa yang gw mau, tapi gw tau kodrat kok, gw tetep jadi istri yaang baek kok. haha..

Gw jadi inget kata2 temen gw:
"Gw mo masuk NTU!" "Wah.. Ien jangan2 nanti susah kawin lo!"
....
"Kayaknya sih,, pengen sekolah lagi nih.. " "Wahh.. ien makin susah lo nyari suami! Siapa yang mau coba?!"

Bingung ya, untuk masalah ini, laki2 dan perempuan gak bisa disamakan.
Laki2 semakin tinggi sekolah dia, makin tinggi pendidikan dia, ato karir dia, makin gampang dia cari istri.

Tapi kalo perempuan, makin susah dia dapet suami.

Ironis sekali. =)

If you enjoyed this post Subscribe to our feed

12 Comments

  1. Ainun Najib |

    Kembali lagi kepada prinsip masing2 wanita. Beda2 loh ien. Saya kenal seorang wanita yang intelektual, cerdas, potensi tinggi dst dsb dan mimpi yang dia miliki adalah menjadi seorang ibu pembentuk generasi paling unggul.

    Mimpi tidak harus di bidang finansial (gaji,kekayaan) atau bidang kedudukan (profesi,jabatan) atau di bidang kehebatan (acknowledments,fame). Harta, kedudukan dan kebanggaan itu ujian dan godaan di muka bumi dari jaman adam, dulu hanya untuk pria sekarang wanita pun menginginkannya.

    Mimpi kalau selaras dengan tugas primer seorang wanita di muka bumi (apa hayoo?) tentu akan lebih mulia :-) iya nggak ?

    Kalaupun tidak selaras dengan tugas primer, ya monggo mawon, wong mimpi itu tidak terbatas. Asal tetap bijak dan adil dalam alokasi kapasitas diri pada tugas primer dan pengejaran mimpi.


    Semoga sukses !

     
  2. Reza |

    @ainun najib

    gua jadi tergelitik sedikit :)

    tugas primer wanita di muka bumi apa ya? seriously

    bukankah di tahun 2008 ini semua orang bisa melakukan apa pun yang dia mau? asal tidak kriminal dan dia benar-benar kompeten dalam apa pun yang ditugaskan padanya, jadi tidak ada pihak yang dirugikan.

    tugas primer seorang wanita apa ya?

     
  3. Ainun Najib |

    @pak reza

    serious kok pak :-) saya pake point of view agama (islam), jadi disclaimer dulu, saya mohon maaf kalau ternyata tidak relevan buat sebagian pembaca

    Tugas di muka bumi itu kan ibadah ya pak. Ibadah itu sendiri ada yang general buat both sexes e.g. sholat 5 waktu, puasa ramadhan. Dan ada juga yang gender specific. Buat cowok misalnya khitan, sholat jum'at, memimpin keluarga, menafkahi keluarga, mengeluarkan zakat fitrah keluarga, bertanggung jawab atas ibadah keluarga dst.

    Menurut pak reza, ibadah yang spesifik buat wanita (yang akan menjadi aktualisasi diri si wanita secara hakiki di mata Allah) kira2 apa ya ?

     
  4. Anonymous |

    Gue setuju kalo dengan menikah bukan berarti Mimpi seorang cewek harus berhenti. Sudah seharusnya juga mimpi2 atau objective hidup 2 orang yang akan menikah sudah saling dimengerti sebelum pernikahan itu terjadi.

    Gue ingin termasuk orang yang punya mimpi tinggi, sebagai seorang individual, istri, bagian keluarga, juga makhluk Tuhan. Karena, manusia ngga akan maju kalo ngga punya mimpi.

    Sebagai individual tentu saja mimpi gue penuh dengan tingginya karir atau peran gue sebagai orang yang sudah capek2 disekolahin sama orang tua tinggi2. tidak perlu menembus awan, tapi paling ngga gue bisa bangga suatu saat sama peran gue di masyarakat.

    Sebagai istri, mimpi gue adalah berhasil menjalin keluarga yang sakinah, mawaddah, warrohmah. Bersama2 dengan suami. Bisa menjalankan kewajiban gue sebagai Istri dan Insya Allah ibu yang baik, menantu yang baik dsb. Dan keluarga tetap tertinggu prioritynya dibanding karir gue. Dengan kata lain, gue ngga akan pikin dua kali untuk ngelepas karir kalo emang keluarga gue lebih membutuhkan gue.

    Itu gue. Tapi kalo emang cewe banyak maunya, asal dia bekerja keras (I love this quote - dengan kakinya sendiri) untuk mendapat apa yang dia, kenapa tidak?

    Gue rasa lo masih punya banyak waktu untuk bermimpi setinggi2nya Ndah. Selama niat lo baik, jgn biarin apapun ganggu mimpi lo. :)

     
  5. Reza |

    ini yang punya blog malah diem aja...oi ien ngomong doong ;)

    @ainun najib

    Pak ainun pernah dengar istilah multitasking? If you're dragging this in to a religion thingy, menurut saya ibadah dapat dilakukan pada saat kita berkarya juga, dan sebaliknya. Kerja pun adalah ibadah bukan pak? :)

    which later makes your question irrelevant, apapun tugas/kerja/kesibukan seseorang, baik dia perempuan maupun laki laki, or whatever gender he/she wish to be. Dia tetep bisa beribadah, dan dia harus beribadah, tanpa meninggalkan karyanya yang juga sebenernya beribadah. Ibadahnya apa? ini kembali lagi kepada kepercayaan yang dianut yang bersangkutan pak.

    at least that's what i think. im a man of my religion too you know, but im not disclosing...its irrelevant. ;)

    cheers!

     
  6. Ainun Najib |

    @pak reza

    exactly pak ! komen saya yang pertama kan bilang gitu, itu maksudnya mengingatkan bahwa mimpi sebaiknya selaras dengan tugas (ibadah), kalaupun tidak selaras pun masih tidak apa2 asal adil dalam alokasi kapasitas (dan prioritas) saat multitasking.

    sekali lagi, maksud dari "tugas primer wanita" adalah :
    tugas = ibadah
    primer = yang wajib / yang paling utama
    wanita = yang spesifik untuk wanita / hanya bisa dilakukan oleh wanita.

    misalnya, patuh pada arah kepemimpinan suami (wajib), full menyusui anak di 2 tahun pertamanya (utama,hanya bisa dilakukan wanita), menjadi pembentuk generasi unggul (utama,bakat fitrah wanita) dst...

    I beg to differ mengenai kerja sebagai ibadah. Bagi laki2 yang berkeluarga kerja adalah ibadah karena menafkahi keluarga adalah kewajiban. Kecuali pekerjaan/karyanya bernuansa ibadah (e.g. ustadzah, dosen, daiah, pengurus panti asuhan, scientist dsb) saya kurang tahu bagaimana kerja seorang wanita bersuami (yg suaminya mampu mencukupi nafkah) bisa disebut ibadah.

    senang berdiskusi dengan anda :-D






    Saya ingin mengingatkan, kepada diri sendiri dan teman2, untuk menganalisa niat kita saat ingin mengejar mimpi. Adakah itu hanya ambisi mengejar self-satisfaction (bersumber dari nafs) ataukah itu purpose-guided (bersumber dari aql dan ilm). Semoga kita sukses !

     
  7. Reza |

    ien...blog lu jadi kaya pengajian gini..hahaha! maap ya...mungkin nanti gua bisa bantu cariin tempat buat pak ainun numpahin uneg uneg nya...

    ini closing argument gua ya ;)

    saya tanya lagi deh, pernah denger multitasking?

    gua engga mau bawa ini ke sudut pandang agama yah, because again i think that it is irrelevant. But if you insist ;) mari...

    kerja ya ibadah pak, pick a job, and i'll let you know bagian mananya adalah ibadah :)

    petani? nanem padi biar orang lain bisa makan? ibadah dong!

    programmer? bikin aplikasi, makes other people's life easier dengan teknologi, ibadah!

    rampok? ya bukan ibadah, untuk alasan alasan yang harusnya kita semua tau :)

    gua kutip ya pak ainun
    "misalnya, patuh pada arah kepemimpinan suami (wajib), full menyusui anak di 2 tahun pertamanya (utama,hanya bisa dilakukan wanita), menjadi pembentuk generasi unggul (utama,bakat fitrah wanita) dst..."

    laki laki dan wanita itu mitra sejajar pak ainun, marriage is a joint leadership, yang dipimpin bukan orangnya, tapi institusi pernikahan itu sendiri. Jadi ga ada aku atau kamu, yang ada cuma kita. Eh are you married by the way? :) not that i'm interested...hehehe

    full menyusui anaknya selama 2 tahun, i'm with you on this one actually :) tapi kan engga berarti baby and mother must be completely attached 24/7 toh? a technology called "refrigerator" invented by a william (or was it williem, gua lupa) cullen yang memungkinkan kita menyimpan bahan makanan yang mudah basi sehingga lebih tahan lama. Dan ini bisa dimanfaatkan oleh para ibu menyusui, perlu pak ainun (dan elu juga ien ;p) kalo air susu ibu itu engga selalu bisa keluar pada waktu dibutuhkan, jadi akan sangat lebih baik kalau para ibu menyimpan susu yang mereka miliki (dan didapatkan pada saat susu tersebut dapat keluar) di refrigerator, atau kalau di tempat gua sih sebutnya kulkas ;) jadi nooooo problem..

    menjadi pembentuk generasi unggul? hehehe...pak ainun, indah, dan teman teman yang lain...marriage is not a mission to repopulate the earth, jadi kita bukan mau membudidayakan manusia ;) marriage is greater than that...jadi maafkan gua yang sekali lagi belum bisa sepakat dengan pak ainun ;)

    dan yang terakhir, wanita itu sejajar dengan pria pak ainun, saya sedikit sedih nih tulisan pak ainun kok kayanya membuat wanita jadi kaya "sesuatu" yang pasif, yang tidak bisa menentukan jalan nya. Sedih saya pak, honest.

    Indah, whichever path you may choose, choose wisely :)

    ps: amen tamba bingung, lupoke bae..hehehe

     
  8. Ainun Najib |

    @reza

    wah saya dituduh menganggap wanita sebagai objek rek :-) na'udzubillah min dzalik

    namun karena itu sudah closing argument ya mari kita close saja, bila sakit berlanjut hubungi japri


    Pada akhirnya kita semua memilih jalan kita masing2, berbeda prinsip dan pemikiran serta tujuan apalagi cara itu wajar bahkan niscaya. Namun yang lebih niscaya lagi adalah semua itu akan dipertanggungjawabkan. Mari bersiap...

     
  9. Indah Puspita Rani |

    wahhh.. rame... humm.. jadi bingung kan mo ngomong apa..

    maap mas reza.. lama ngebalesnya sibuk ama projects nih.. huhuhu..

    ini di facebook juga ada rame. :P banyak pro ama kontranya ternyata.. :D

    pertama.. mo tau gak kenapa judulnya : cewek2 jaman sekarang banyak maunya?

    bisa refer ke jawabannya rima diatas... ya kira2 gitu.. cewek2 jaman sekarng.. banyak maunya!! kita mau juga punya karir.. mau juga punya ilmu yang sama banyak sama laki2.. tapi disisi lain,kita juga mau jadi ibu yang baik.. istri yang baik... punya anak yang baik.. dan seterusny...

    kita tau.. kalo kita maunya banyak.. ada konsekuensi.. ya itu.. loadnya jadi 2 kali lipat.. tanggung jawabnya jadi banyak.. dan lain sebagainya..

    gw pengen kejar mimpi.. well.. despite itu ibadah ato bukan.. yaa.. gw bingung juga sih.. bagaimana men-define yang ini ibadah atau bukan,,

    bagi gw.. asalkan yang gw lakukan.. gak ada niat jahat.. maksd gw baik.. tidak mencelakakan orang.. dan malah menguntungkan orang... gw gak masalah, kalo yang gw lakukan itu disebut bukan ibadah... yang penting apa yang gw lakukan ada sesuatu yang baik.. kalo bagi gw membantu suami mencari nafkah adalah baik.. selain itu adalah kemauan gw... dengan konsekuensinyaa.. gak masalah kalo orang bilang itu bukan ibadah... tapi bagi gw itu adalah bentuk pengabdian gw sama smua.. dan gw yakin betul kalo kwajiban gw setelah menikah adalah mengabdi sama suami..
    *sebelumnya.. bagi gw mengabdi bukan artinya menjadi slave ;)*

    kalo pun ternyata mimpi gw itu berdasarkan atas napsu.. lagi2 gw gak keberatan untuk punya napsu akan sesuatu hal yang baik.. dan tidak merugikan orang lain..

     
  10. Ainun Najib |

    Sukses buatmu ndah, saya mohon maaf kalau komen2 saya telah mencemari blogmu, beribu2 maaf.

    Inti pesan saya buat indah (dan para wanita yang lain) adalah, bijak dan adillah dalam alokasi prioritas dan kapasitas...

     
  11. Indah Puspita Rani |

    wahh.. mass.. komennya malah ngeramein lhoo..

    mungkin karena gw belum nikah.. jadi belum sampe kesitu..

    seiring tambah pengalaman.. kata2 mas ainun.. bisa jadi pegangan nantinyaa... bisa iya bisa juga tidak.. who knows.. :)

    jangan jadi gak komen lagiii.. ntar akunya gak tumbuh2... heeheheheheh... :P

     
  12. Ainun Najib |

    salam...

    saya pagi ini ngobrol dengan seorang sahabat mengenai topik ini, yang intinya kembali ke konsep "pria dan wanita". Dan dia menyodorkan video yang sangat mencerahkan, highly recommended. Meluruskan kesalahfahaman yang selama ini ada, baik di mata pria maupun wanita.

    Men & Women by Hamza Yusuf part 1
    http://www.youtube.com/watch?v=snQZCJzRxw8
    dst..

    semoga mencerahkan juga buat semuanya

     

Post a Comment